Review Teman Tapi Menikah Disertai Curhat Sedikit


Tadi sore setelah menonton film Teman Tapi Menikah aku langsung punya hasrat untuk menulis. Tapi tertunda dulu karena harus menghilangkan rasa lapar, dan rasa ingin beli cemilan.

Kemudian muncul keinginan untuk lebih lama lagi untuk bercengkrama dengan temanku karena sudah lama tidak ghibah. Astaghfirullah. Kami hanya mereview.

Baru kemudian aku memiliki waktu untuk berada didepan laptop, mencoba meresapi kembali apa yang tadi sore ditonton.

Apa yang membuatku ingin menonton, pertama karena pemeran utamanya adalah Vanesa yang sebelumnya menjadi Milea. Difilm ini pula ada Iqbaal yang sebelumnya menjadi Dilan. Ingin tau saja, aku masih merasa mereka Milea dan Dilan tidak difilm ini. Alasan kedua adalah setelah melihat trillernya ada pertanyaan dari Sarah Sechan yang membuatku tertarik untuk menontonnya. “Kamu pernah ga jatuh cinta sama sahabat sendiri?” kalau pertanyaan itu ditujukan padaku jelas aku akan menjawab iya. Tapi nanti aku ceritain, ini mau ceritain filmnya dulu.

Berbekal dua alasan tadi akupun menonton film ini. Belajar dari film Dilan yang aku menaruh ekspektasi setinggi langit, kali ini pun aku menonton tanpa ekspektasi apapun, tanpa mengaitkan dengan gosip yang beredar mengenai kedekatan Adipati yang berperan sebagai Dito dan Vanesa yang berperan sebagai Ayu. Aku menonton ini juga ga terlalu ngikutin banget kisahnya Ayu dan Dito, sepengetahuanku mereka memang sahabatan lama yang kemudian menikah dan sekarang sudah punya anak bernama Sekala.

Awal film ini dibuka dengan adegan Dito menunggu Ayu di sebuah cafe. Adegannya seperti ada difilm August Rush, bunyi-bunyian random yang membentuk sebuah alunan nada yang fantastis. Pembukaan yang bikin aku senyum.

Datanglah Ayu yang menyapa Dito dengan gaya yang asik menurutku. Dari sejak kehadiran Vanesa di awal ini aku sudah tidak menemukan Milea. Great. Sebelumnya bahkan aku sudah lihat potongan triller yang memang membuat aku penasaran sama akting Vanesa keseluruhan.

Kesananya adalah cerita keseharian mereka mulai dari SMP, SMA bahkan kuliah meski beda kota. Dito lebih dulu suka sama Ayu bahkan sejak sebelum bertemu dengannya. Sebenernya aku ga nangkep sih kenapa Ayu ini bisa nempel terus sama Dito meski Ayu ini artis dan sudah punya pacar.

Langsung aja pada adegan dito nyatain cintanya kepada Ayu yang membuat Ayu merasa dihianati Dito. Aku bingung nasib pacarnya Ayu dan pacarnya Dito yang udah jadi pacar mereka selama bertahun-tahun tapi akhirnya putus gitu aja.

Yang menjadi subjek dalam cerita ini adalah Dito, bagaimana Dito menunjukan rasa cintanya kepada Ayu dengan berkamuflase sebagai sahabat. Pada adegan akhir Ayu ini menujukan seolah dia merasa bener-bener menganggap Dito sahabat, ga lebih. Sampai pada pengakuan Dito di acara bersama Sarah Sechan, Ayu pun flashback apa saja yang ia rasakan saat Dito bersama cewek lain.

Menurutku, ini kurang. Aku jadi inget film Thailand yang judulnya First Love, ada satu adegan dimana awalnya si cewek yang jadi subjek kemudian ada adegan dimana si cowok yang jadi subjek. Jadi itu memperlihatkan apa yang sebenernya terjadi ga seperti apa yang kelihatan si pemeran utama. Di sini adegan penyadaran Ayu itu terlalu sedikit, atau emang Ayu pure ga punya perasaan apapun sama Dito. Maap kalo salah.

Kemudian beberapa pemain di film ini ada yang mengganggu karena mereka juga bermain di film Dilan. Menurutku ini ganggu dan membuatku berkata “kok dia lagi sih”. Sebut saja Reval Hadi dan Ridwan Kamil. Aku pikir cukup Vanesa dan Iqbaal aja ternyata banyakan.

Keseluruhan film ini bagus. Aku ngerasa seneng saat Ayu berdialog, suaranya menyenangkan bahkan kalo aku ga liat adegannya aja aku bisa senyum karenanya. Acting Vanesa disini jauh lebih baik dari filmnya yang pertama. Aku salut padamu.

Adipati? Ga usah dipertanyakan lagi lah ya, dia ini kemampuan actingnya menurutku makin bertambah aja. Sebelumnya dia bermain di posesif sebagai anak SMA jelas beda dengan dia mejadi Dito SMA.

Kostum di film ini juga mengesankan. Apa-apa yang dipake Ayu dan Dito membuat aku pengen punya baju kayak gitu. Salam hormat untuk penata kostum.

Tadi gedung bioskop hampir penuh, aku aja duduk dinomor dua dari depan. Aku fikir akan ada banyak keributan karena banyak penonton alay, tapi ternyata mereka ribut dengan semsestinya. Saat adegan-adegan lucu misalnya.

Seperti yang aku katakan tadi acting Vanesa baik, jadi dialog-dialog yang dilontarkan terasa natural begitu juga dengan Dito. Meski hanya sesekali tertawa terbahak tapi film ini cukup buat aku sering senyum-senyum sendiri.

Di film ini aku jadi tau bahwa meskipun Ayu artis, dia punya nilai positif yang ditularkan kepada Dito yaitu menabung untuk barang yang diimpikan dan menekuni passion. Ada satu kata-katanya yang melekat yang intinya menyuruh kita untuk tetap humble.

Untuk pertanyaan dari Sarah Sechan tadi aku jadi ingin sedikit cerita. Iya aku emang pernah suka sama sahabat sendiri, cinta pertamaku adalah sahabatku sejak TK. Sejak TK woy. Kebayang ga tuh aku temenanya kayak gimana. Tapi sekarang udah jarang kontekan sih.

Perlu ditandai dia ini cinta pertama tapi bukan pacar pertama. Aku mulai ngerasa suka banget pas SMP, mungkin ini masa-masa puber kali yah. Dulu tuh ada satu kejadian yang buat dia tau kalo aku suka sama dia. Dan hal itu bikin aku jadi canggung dan dia juga sama. Aku ga tau dia juga suka atau ngga sampe akhirnya ada temen aku yang mencari tau kalo sebenernya dia juga suka sama aku. Tapi dia ga mau pacaran. Ok. Setidaknya aku ga bertepuk sebelah tangan lah ya.

Kalian juga punya kan tipe temen kayak gini, yang tingkat interogasi dan menyelidiki sesuatu melebihi agen FBI atau CIA.

Pas SMA ternyata harus pisah SMA sama dia. Tapi tetep sih pada satu momen aku ulang tahun dia kasih cincin dan kado boneka ikan kecil. Ahehe bikin aku senyum sekarang. Nah pas SMA pula aku mendengar kabar bahwa dia jadian sama seseorang. Dari situ aku ngerasa udahlah ga perlu lagi mengharapkan dia. 

Eh ternyata ketemu disanggar teater diluar sekolah. Dari situ kayaknya kita udah mulai bisa biasa lagi, ga canggungan lagi. Kesanya hubungan kita baik seperti kepada teman pada umumnya. Tapi aku sesekali masih suka mikirin dia sih. Dari TK bareng bok. Kepisah pas SMA aja.

Setelah SMA aku kuliah di Bandung dan dia di Jogja, ketemu sesekali saat libur lebaran bersama teman-teman lainnya. Dari sejak itulah aku bener-bener merasa ternyata aku bisa ya biasa aja sama orang yang dulu aku pengen banget. Karena apa? Pas kuliah aku punya pacar. Hehe

Bahkan setelah dewasa ini aku pernah berfikiran, kok bisa ya dulu aku suka sama dia.
 
Sekian dulu cerita review yang disertai curhat kali ini. Semoga bisa menulis untuk hal-hal menyenangkan selanjutnya.

Komentar