Joging in china



Sore ini cerah. Hingga helm masih tak mampu melindugi mata dari sorotan matahari. Silau nya mengerenyitkan dahi hingga seperti kakek nenek. Seperti sore-sore biasanya aku pergi menuju tempat olahraga terdekat. Biarpun terdekat tapi masih pake motor. Berarti tidak benar-benar dekat.

Berdua aku dan Hil meregangkan otot terlebih dahulu ketika sampai di KONI, nama tempat olahraga di daerah ku. Kami memang belum benar-benar mengukur satu lingkaran arena joging berapa kilo meter. Tapi kalo di waktu untuk berjalan kaki menghabis kan waktu sepuluh menit dan untuk berlari menghabiskan waktu lima menit. Biasanya kami memulai dengan berjalan satu putaran selanjutnya baru mulai lari tiga putaran tanpa berhenti dan berjalan lagi satu putaran. Jadi jika di jumlah kami mengelilingi koni lima putaran setiap joging nya.

Awalnya kami memulai dua putaran. Satu putaran jalan dan satu putaran berlari. Selanjutnya ngobrol-ngobrol atau lebih tepatnya hil mendengarkan curhatan ku. Hari-hari berikutnya kami mulai menambah putaran, dari tiga, empat, hingga sekarang lima putaran. Kami belum sempat menambah putaran lagi karna dirasa ini belum menyesuaikan dengan kondisi badan yang memang benar-benar ngos-ngosan saat berhenti. Kan semua ada  tahap nya.

Tapi aku jarang joging bareng hil lagi. Dia sibuk dan dia juga kadang telah joging di waktu pagi di tempat yang berbeda. Katanya nanti betis nya pecah kalo sehari dua kali joging.

Di tempat joging aku bertemu berbagai macam orang. Tapi ada satu macam orang yang mendominasi yaitu orang china. Entah kenapa setiap kali joging aku merasa seperti di tembok china padahal belum pernah ke sana. Karena china disini masih sering menggunakan bahasa nya. Sehingga ada satu jalan sempit yang bikin awkward moment karena mereka berjalan bergerombol dan mengobrol jadi kadang harus  celingukan mencari celah untuk tetap berlari tapi toh juga harus bilang “permisi” karna mau mendahului dan memecah gerombolan itu.

Usia mereka beragam. Dari yang muda hingga yang tua. Tapi kebanyakan yang udah kakek nenek. Ada satu kakek-kakek, aku dan hil menyebutnya oppa, dia adalah pelari yang tangguh. Dengan kaos putih tipis dan celana pendek selutut dia berlari lebih banyak dari putaran kami. Aku kira sih begitu. Soalnya dia tampak lebih banyak keringat. Atau karna faktor bajunya yang tipis yah.

Ada juga nenek-nenek. Biasanya muncul ketika kami hendak pulang yaitu saat magrib. Nenek ini ga berlari. Dia berjalan. Tapi sambil menepuk nepuk tangan dengan posisi lengan lurus kedepan. Aku dan hil suka tertawa melihatnya. Kami berfikiran kalo dia sedang menepuk nyamuk karna nyamuk magrib lebih dahsyat sengatanya.

Lalu ada yang muda, ga ganteng tapi berlari kencang. Ketika dia melewati kami kami berteriak, benepis bau badanya yang semeriwing ketika melewati kami. Lalu kami terbahak. Ibarat film, ketika dia lewat maka orang yang di lewatinya akan pingsan karna bau badanya. Dalam jarak yang cukup jauh pun bau nya masih tercium.

Ada juga anak-anak muda seumuran kami kira-kira. Pakaian nya bagus sekali sehingga aku berfikiran itu terlalu bagus untuk di pakai berkeringat.

Dan hil, kenapa dia joging. Karena katanya udah banyak yang bilang bahwa dia gendut. Makanya sering joging meski efek nya belum ada. Dan semakin banyak yang bilang dia gendut.

Aku? Kenapa joging? Biar capek. Haha. Karna kalo capek akan cepat tidur. Karna aku susah tidur sekarang. Biar laper juga, kalo udah capek pasti laper. Jadi abis joging ya makan. Setelah makan ya tidur. Luar biasa bukan yang aku lakukan.

Begitulah aku mengamati berbagai macam orang.

Komentar