DONAT MADU



Pada saatnya nanti, semua orang akan mengidolakan aku, meminta aku berfoto bersama, meminta tanda tanganku, dan selalu memujaku. Aku adalah penyanyi paling hebat yang pernah ada. Aku selalu jadi pemenang dalam setiap award. Dan saat ini, aku akan memulai mimpi itu. Dipanggung ini, panggung perlombaan menyanyi antar sd se-jambi timur. Aku sedang menunggu nomer urutan ku di panggil. 17, ini pasti angka keberuntunganku.
“peserta selanjutnya ,agnes. Beri tepuk tangan yang meriah.” mc yang gendut itu memanggil namaku. Jangan dulu berprasangka bahwa ini adalah cerita riwayat agnes monica. Memang namaku mirip dengan penyanyi yang sudah go international itu. Kedua orang tuaku sengaja memberikanku nama agnes karena mereka mengidolakanya. Agnes, just agnes. Without monica.
Aku naik ke atas panggung. Aku mulai berjoged mengikuti music yang dimainkan. Aku mulai menyanyikan lagu kereta malam. Jangan salahkan aku karna aku menyanyikan lagu yang tidak sesuai umur. Tapi ini semata karna minimnya pengetahuanku mengenai lagu anak-anak.
Saat aku bernyanyi, aku melihat semua teman sebayaku ikut berjoged. Tidak ketinggalan, ada ibu-ibu, ob, serta mamang gorenganpun ikut bergoyang. Hanya saja bu kepala sekolah serta juri geleng-geleng kepala.
Aku mendengar percakapan antara kepala sekolah dan para juri. Mereka mengatakan bahwa harusnya aku didiskualifikasi. Tapi karena dari semua peserta, akulah peserta yang mampu menghibur banyak penonton maka aku dijadikan peserta favorit. Aku diantar pulang oleh kepala sekolah. Diperjalanan pulang menuju rumah ibu kepala sekolah bilang padaku bahwa ia akan mengadukan hal yang aku lakukan kepada kedua orang tuaku. Aku hanya diam sambil berkata dalam hati “ katakana saja”.
Sesampainya dirumah, ibu kepala sekolah langsung mengetuk pintu. Tak berapa lama kemudian muncul sesosok laki-laki setengah tua dengan menggunakan celana cutbray, berbaju ketat, memiliki berewok dan jambul dirambutnya. Ya itulah ayahku. Aku langsung masuk dengan membawa piala yang aku banggakan.
“pantes anaknya gitu. Bapaknya aja kayak gini.” Kata bu kepala sekolah.
“apa yang anda maksudkan bu?” balas ayah dengan berbicara seperti roma irama.
“anak bapak itu tadi habis mengikuti lomba menyanyi lagu anak- anak antar sd. Tapi dia itu menyanyi lagu dangdut. Jelas itu lagu yang tidak pantas dinyanyikan oleh anak-anak.
“loh tapi anak saya kan mendapat piala tadi.”
“iya. Tapi tetap saja, saya membutuhkan bimbingan lebih lanjut dari kedua orang tuanya agar itu tidak terulang kembali.”
“loh apa salahnya anak sd menyanyikan lagu dangdut bu. Justru bagus karna dangdut music asli Indonesia.”
“tapi tadi itu perlombaan menyanyi lagu anak-anak pak..”
Belum selesai bu kepala sekolah mengoceh , ibu muncul dari dalam rumah.
“oh ada tamu, kok ga di suruh masuk pak?” kata ibu yang kala itu menggunakan celak hitam di matanya serta pakaian serba hitam bergambar monster-monster.
bu kepala sekolah kaget, ia langung berpamitan. Mungkin memang begitu sebaiknya. Dari pada beliau berlama-lama di keluarga yang agak sedikit aneh ini.
Aku masuk ke kamar untuk beristirahat. Hp yang aku letakan didalam tas berdering. Ketika akan di jawab, telfon itu dimatikan . hanya miscall. Ternyata yang tadi itu haris, anak pak ustad yang juga satu sd denganku.  Mungkin ia tak sabar menunggu bbm nya dibalas olehku. Ping-nya pun sudah berkali-kali. Ia mengucapkan selamat atas kemenanganku menjadi peserta favorit dan ingin mengajak makan ice cream di warung depan masjid. Ice cream, untuk urusan ini aku tak berani menolak.
Selepas sholat isya kami makan ice cream di warung depan masjid. Haris memulai percakapan.
“aku suka liat kamu nyanyi. Kadang dangdut, kadang rock. Aneh gitu, tapi lucu.” Dengan nada basa-basi ala anak sd.
“makasih. Kan tau sendiri ibu bapak ku seperti apa.”
“besok pergi sekolah bareng yah. Aku dianter mas dimas kok. Jadi kita ga pergi berdua. Kan kata bapakku antara laki-laki dan perempuan itu ga boleh berdua-duaan. Nanti ketiganya bakal ada setan.”
“tapi kan sekarang kita lagi berduaan.”
“siapa bilang kita berduaan, orang dibelakang kita banyak anak-anak yang lain kok.”
Teman-teman yang lain muncul dari balik gerobak. Menyoraki kami yang lagi asik makan ice cream coklat. Setelah itu pulang kerumah masing-masing.
Besok harinya haris menjemputku untuk pergi sekolah barsama. Entah kenapa haris berbeda dari biasanya. Dia selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Aku risih denganya. Terlebih lagi teman-teman lain yang selalu heboh saat kami sedang berdua.
Pada saat pulang sekolahpun haris selalu berjalan didekatku. Jadi aku beranikan diri untuk bertanya saat teman-teman lain sudah menjauh.
“haris kamu kenapa sih ngikutin aku aja.”
“ga pa-pa, Cuma mau mastiin kamu baik-baik aja.”
“tapi aku ga suka. Kamu bikin aku risih kemana-mana diikutin.”
“aku suka sama kamu.”
Ucapan haris yang berusan membuat aku diam. Apa yang harus dilakukan anak sd saat ada yang bilang “aku suka sama kamu”.
“kamu mau ga nikah sama aku.”
Astaga, nikah. Untuk ukuran anak sd mungkin ini pertanyaan polos yang tak tau makna sebenarnya.
“nikah itu kayak gimana?”
“nikah ya nikah. Kemana-mana berdua.”
“caranya nikah?”
“sebenernya kalo aku liat orang-orang sih pacaran dulu. Tapi kata bapakku pacaran itu ga boleh, dosa. Makanya aku mau ngajakin kamu nikah aja. Kayaknya sih nikah itu caranya masangin cincin ke pasangan. Udah itu doang.”
“emang kamu punya cincin?”
“aku belum punya uang banyak untuk beli cincin. Tapi…” sambil melihat disekitar. “ ah, aku punya uang buat beliin kamu donat.” Lantas haris langsung membeli dua donat madu yang kebetulan ada di sebrang jalan. lagi pula kalo cincin kan bisa hilang. Apalagi kita sering main kesana-sini. Pasti nanti bakal hilang. Kamu mau kan nikah sama aku?”
“ kalo nikah itu gitu caranya sih aku mau.”
“ini satu buat kamu, satu buat aku. Nanti kita pasang donat ini di jari telunjuk yah.”
“loh bukanya jari manis.”
“ih susah. Udah jari telunjuk aja. Yang penting kan jari.”
Kedua anak sd itu pun menikah dengan cara mereka.
“sekarang kamu resmi jadi istri aku. Mulai besok aku bakal anter jemput kamu tiap hari. Tapi disekolah aku ga akan bisa temenin kamu tiap saat. Karena mungkin aja aku ada pertandingan bola dengan anak kelas VI. Nanti kalo aku udah punya uang banyak kita beli rumah buat kita tinggal berdua.”
“kenapa ga tinggal dirumah kamu aja.”
“ ga mau ah. Ka dimas pelit. Dia ga akan mau minjemin ps 3 nya buat kita. Kita pulang yuk.”
Mereka pulang dengan memakan donat yang berada di telunjuk masing-masing.

16 February 2014

Komentar