Kenapa Ga Daftar CPNS?


15 Oktober merupakan hari terakhir pendaftaran CPNS. Jadi aku daftar atau ngga?
Hmm aku sih ngga.

Omong-omong mengenai CPNS, kenapa sih orang-orang tu berbondong-bondong mendaftar jadi PNS? Berdasarkan update twitter BKN pada 15 Oktober pukul 16.00 total pelamar selesai daftar 3,4 jutaan. Sedangkan yang bakal diterima kisaran 200 ribuan. Kan jauh banget perbandingannya.

Meskipun begitu, aku pernah juga lah daftar CPNS 2017 lalu. Sebagai sarjana seni yang aku lihat peluangnya cuma ada di Bekraf. Aku sih jujur ya ga minat banget buat jadi guru. Guru itu menurutku bukan hanya profesi, tanggung jawabnya dunia akhirat. Terlebih kata dilan, guru itu digugu dan ditiru. Lah sifat baik apa coba yang mau ditiru dari seorang ulies? Hmm ga meyakinkan bukan?

Apa yang membuatku mendaftar pada tahun lalu pertama karena desakan orang tua. Aku tuh sebenernya ga minat jadi PNS. Hanya karena bapak seorang PNS tidak lantas menjadikan aku ingin jadi PNS juga. Terlebih mamak punya cita-cita jadi PNS namun hingga sekarang keinginanya belum kesampean. Jadilah aku yang dirong-rong untuk meneruskan cita-citanya yang tidak sampai. 

Aku tuh kepikiran juga sih sama yang dibilang Mbak Nana, sapaan akrab Najwa Shihab. Dia bilang jadi PNS tuh cita-cita orang zaman dulu. Kaum milenials sekarang ga cocok menjadikan CPNS sebagai cita-citanya, tujuannya. Masih banyak profesi lain khususnya dibidang kreatif yang bisa dilakukan anak milenials saat ini.

Tapi kalo liat keadaanya sekarang sih emang dilematis yah. Aku pernah juga sih ngerasain gimana susahnya cari kerja. Sebagai sarjana seni bisa kerja apa ketika kita udah terjun kedunia nyata yang lebih banyak membutuhkan orang yang bisa membangun ekonomi.

Jarak antara aku lulus kuliah sampe aku bisa dapet kerja tuh sekitar 1 tahun 4 bulan. Satu bulan aku habiskan di Bandung untuk mengurus ini itu pasca wisuda. Sembilan bulan aku habiskan di Pare, Kediri untuk pelarian terhormat berkedok les bahasa inggris, tiga bulan balik ke Bandung lagi untuk suatu pekerjaan yang aku ingin tapi nyatanya ga dapet, dan tiga bulan di Jambi dengan kondisi sangat stress karena belum dapet kerja dan belum lolos beasiswa buat S2. Hingga akhirnya aku bisa dapetin kerjaan yang sekarang sebagai jurnalis itu aku udah ngelewatin hal yang ga mudah.

Mencari kerja itu tidak mudah. Itulah mungkin yang membuat kebanyakan orang berbondong-bondong mendaftar CPNS. CPNS adalah tujuan bagi mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan, adalah tujuan bagi mereka yang bekerja ga sesuai sama passionnya, adalah harapan bagi orang-orang yang ingin bertahan hidup demi keluarganya, adalah tujuan bagi mereka yang ingin tampak bangga didepan mertuannya.

Alasan kedua kenapa aku toh daftar juga pada saat itu karena tujuannya adalah bekraf. Jujur sih sama lembaga ini tuh kayak ngerasa “gw banget”. Beberapa kali pernah liput acara bekraf di Jambi tuh kayak keren banget gitu mereka yang kerja di sana. Lingkup kerja mereka bagian kreatif, seni, desain dll. Jadi aku tertarik. Lagi pula yang menerima jurusanku dari sekian banyak lowongan memang di bekraf.

Tapi, tau ga sih berapa yang keterima? Cuma 2 orang untuk posisi yang aku lamar. Edddan banget khan. Dan itu kuota nasional. Aku tes di Palembang saat itu dan alhamdulillah lulus seleksi CAT. Tapi sayangnya aku kalah di rangking. Ya kali rangking orang-orang di Jawa sana tinggi-tinggi banget tjoy. Maka gagal lah aku menjadi PNS dan masih melanjutkan kesenangan dengan menjadi seorang jurnalis.

Tahun ini sama, tujuanku masih bekraf kalo jadi daftar. Tapi sayangnya aku kan ga jadi daftar.  Emang ga mau daftar lebih tepatnya. Ya gimana, aku udah ciut duluan dengan kuotanya bekraf dengan skala nasional. Belum lagi mikirin ongkos menuju sana dan lain-lainnya. Yah ngga dulu deh. Kayaknya aku masih betah menggeluti profesi jurnalis inih.

Baiklah, selamat berjuang bagi teman-teman yang mendaftar CPNS, semoga amanah ketika menjadi abdi negara, dan semoga mendapat jalan yang lebih baik saat tidak lolos nantinya. Mau PNS atau tidak yang penting bagi kita semua adalah memberikan kontrobusi untuk Indonesia yang lebih baik.

Komentar