Cerita Tentang Payung Teduh



Hari ini cukup kaget dengan berita yang mengatakan Is vokalis payung teduh akan pamit dari band yang membesarkan namanya. Aku sedih, karena Payung teduh termasuk band favorit ku. Lagu-lagu yang aku dengar saat aku butuh ketenangan.
 
Aku jadi ingat bagaimana dulu pertama kali aku mendengar payung teduh. Mungkin waktu itu sekitaran 2013 atau 2014, aku masih jadi mahasiswa jurusan teater di bandung. Saat itu temanku memutar lagu payung teduh disela-sela latihan teater. Pertama kali dengar, aku langsung merasa suka. Kemudian aku minta lagu-lagunya.

“mereka ini pemusik teater lis” kata temanku itu.

Di kosan aku mendengar beberapa lagu mereka seperti berdua saja, kita adalah sisa-sisa keihklasan, rahasia, cerita tentang gunung dan laut dan lainnya. Waktu itu aku masih punya pacar. Duh, sungguh ini mau cerita tentang payung teduh nya bukan mantan pacar.

Waktu itu dia juga baru denger lagu payung teduh dari aku. Dia juga jadi suka. Besok-besoknya dia kirim lagu payung teduh yang lain, yang judulnya “untuk perempuan yang sedang dalam pelukan”. Entah karena dia yang kirim,  atau karena memang aku suka payung teduh, lagu itu jadi spesial banget buat aku, sampe saat ini.

Menurutku payung teduh itu lagu-lagunya puitik banget, alunan musiknya seolah mengajak aku untuk masuk dalam dimensi lain. Lebih dari itu, liriknya mewakili perasaanku. Yup, sebagai orang yang ga gampang buat ungkapin perasaan, lagu jadi salah satu alternatif. Yang mewakili perasaanku waktu itu adalah lagu berdua saja. 

“mungkinkah kita, ada kesempatan, ungkapkan janji, takkan berpisah selamanya....”

Sering aku dan dia dengerin lagu-lagu payung teduh bareng, cerita tentang musik, buku, film dan hal absurd lainnya.

Sampe pas saat ulang tahun bandung yang ke 204, kalo ga salah, ada konser payung teduh di jalan dago. Maka nontonlah aku dan dia ke sana malam itu. Sumpah, aku masih inget atmosphere nya malam itu. Semua orang duduk di jalan saat payung teduh masuk ke panggung. Aku ga bisa duduk karena susah. Tapi ih, ya ampun itu keren banget deh. Apalagi pas lagu untuk perempuan yang sedang dalam pelukan. Syahdu banget suasanya. 

Selanjutnya aku dan dia udah ga jadi pacar lagi. Dan ini masih ada hubungannya dengan payung teduh. Dia ajakin aku nonton konser lagi yang ada payung teduhnya. Waktu itu dateng telat sih, pas payung teduh manggung malah.

Disana Is bilang “siapa yang sekarang dateng sama mantannya”. Aku pengen ngacung tapi malu. Ya udah diem aja. “lagu ini buat kalian yang belum bisa lupain mantan. Kita adalah sisa sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan” katanya mengawali lagu itu.

Kami masih saling diam. Tapi malam itu, lagu payung teduh masih mewakili perasaanku.

Ok cukup sampai disitu cerita payung teduh dan mantan.
Sekarang lanjut ke petualangan baru. Aku ketemu dengan kembaranku, Mega. Kembaran beda bapak beda ibu beda tempat lahir beda tanggal lahir. Tapi kita kembar. Pokoknya gitu deh, dia my twins.

Kesukaan kami sama, buku, film, musik. Termasuk payung teduh. Tapi dia punya pemikiran beda terhadap payung teduh. Dia bilang payung teduh ga produktif, udah berapa tahun lagunya itu-itu aja. Hmm aku fikir iya juga sih. Tapi tetep aja lagu payung teduh tetap melekat dihati aku.

Sampai pada akhirnya lagu akad booming. Aku setiap hari, setiap saat dengerin lagu itu sambil membayangkan tentang seseorang. 

Kemudian seorang teman berkomentar, “iya sih bagus tapi kayak bukan payung teduh”.
Aku dengar lagi, dengar lagi, dengar lagi, sambil baca beberapa review tentang lagu ini. Ada yang mengatakan ada penurunan kualitas lirik dalam lagu akad ini. Iya sih aku fikir juga begitu.

Aku tulis ini setelah baca wawancara eksklusif majalah rooling stone dengan anggota payung teduh. Kalo masalahnya memang begitu ya kembali lagi kepada Is. 

Aku Cuma mau bilang, Is ga perlu pamit dari payung teduh, payung teduh Cuma butuh break sejenak.

Aku dulu sedih ada #terimakasihbandaneira. Aku ga mau sampe ada #terimakasihpayungteduh.

Dari ulies, Peneduh...

Komentar