Ada kata "indah" disetiap kata Pindah. Kenapa kali ini membicarakan soal perpindahan, karena memang situasinya saat ini memang begitu.
It's about media.
Kalo dulu yang paling digandrungi adalah radio, kemudian ada televisi, maka radio mulai ditinggalkan. Tapi bukan berati radio hilang. Sampe sekarang radio masih bertahan ditengah arus globalisasi. Dikota besar, sebut saja Jakarta dan Bandung, radio masih didengarkan anak-anak muda.
Kalo dulu yang paling digandrungi adalah radio, kemudian ada televisi, maka radio mulai ditinggalkan. Tapi bukan berati radio hilang. Sampe sekarang radio masih bertahan ditengah arus globalisasi. Dikota besar, sebut saja Jakarta dan Bandung, radio masih didengarkan anak-anak muda.
Bahkan saat ini televisipun sudah berkurang peminatnya semenjak adanya YouTube. Jaman dulu kalo ga nonton acara tv favorit bakal nyesel banget. Kalo sekarang jawabannya "Kan bisa nonton di YouTube".
Apalagi konten YouTube lebih berkualitas dibandingkan acara tv yang tidak mendidik dan tetap dibolehin tayang sama KPI. Bahkan artis-artis yang sudah tidak laku lagi, Demi menyelamatkan kehidupannya, dia bikin channel di YouTube.
Dulu orang harus mati-matian berjuang buat jadi Artis. Sekarang ada media YouTube yang memfasilitasi siapapun untuk bisa jadi famous people. Begitupun sosial media lainnya, instagram, Twitter, (sorry gw ga main Facebook).
Oke, Kita bicara soal Koran.
Ada berapa persen orang di dunia ini yang masih membaca Koran? Ada berapa persen orang di dunia ini membaca digital?
Ada berapa persen orang di dunia ini yang masih membaca Koran? Ada berapa persen orang di dunia ini membaca digital?
Dengan kondisi seperti ini apakah Koran menghilang? Jawabannya tentu saja tidak. Tapi secara jumlah memang ga dipungkiri berkurang secara perlahan menuju hilang selamanya.
Segala sesuatu didunia ini memang akan selalu berubah.
Yang hebat bukan yang kuat bertahan, tapi yang bisa menyesuaikan keadaan (Charles Darwin)
Nah kondisi itulah yang sedang dihadapi dunia media cetak tempatku bekerja. Sedang Masa peralihan dari cetak menuju digital tapi bukan berati menghilangkan edisi cetak.
Setiap Wartawan dituntut untuk membuat berita online, foto, video. Berat? Iya menurutku.
Perombakan besar-besaran pun dilakukan di ranah Wartawan. HWM sekarang udah punya pos masing-masing.
Bang Zul, dia jadi Wartawan daerah (cikal bakal redaktur). Bang Niko di Bisnis, bang Fadli di kriminal, bang yoga di public service, Yana di Kota, dan aku? Lifestyle.
Aku merasa saat ini memiliki tanggung jawab yang lebih spesifik. Dan dalam waktu dekat akan meliput konser S07 (YES)... Mudah-mudahan begitu.
Buat HWM, mudah-mudahan kita selalu kuat, sekuat cinta dan pemahaman, tetap saling menguatkan untuk apapun yg terjadi, I love become a part of HWM.
Komentar
Posting Komentar