Aku
ga tau genre dari buku ini apa. Penulisnya pun pernah bilang begitu, bahwa dia
juga ga tau genrenya apa. Yang jelas beberapa tulisan dalam buku ini sudah
pernah aku baca. Mungkin bisa dikatakan aku adalah penggemarnya fiersa (aku
aneh kalo nyebut dia “bung”). Yups, aku mulai memfollownya di twitter semenjak
dia keliling Indonesia. Seingatku sekitaran tahun 2012.
Sebenernya
aku ga mau baca buku ini. Aku udah ga mau lagi baca buku yang buat aku cengeng
karna menurutku tulisan-tulisan Fiersa yang selama ini aku baca mengarahkan aku
pada kegalauan. Tapi ntah kenapa akhirnya aku beli juga buku ini sambil berkata
dalam hati “tuh kan galau”. Ga semua mengarahkan pada kegalauan ada juga yang
menguatkan.
Aku
baca buku ini Cuma tiga jam. Tergolong cepat juga untuk membaca 209 halaman.
Soalnya bukan hanya tulisan tapi juga ada gambar hasil foto nya fiersa yang
beberapa pernah aku lihat juga di social media. Mungkin juga factor cepat
membaca ini karna beberapa tulisannya udah pernah aku baca (ini udah di bahas
di awal yah).
Seperti
apa yang dibahas dalam buku ini, aku juga harus mengingat lagi masa-masa dimana
awal aku mengenal seseorang hingga saat berpisah dengannya. Padahal aku sudah
memperingatkan diri untuk tidak baca buku ini namun seperti yang dibilang dalam
buku ini “kebetulan adalah takdir yang menyamar” akupun membeli buku ini.
Aku
ingat bagaimana rasanya pertama kali jatuh hati padanya, bagaimana akhirnya dia
jadi milikku dengan status berpacaran dan bagaimana hancurnya hatiku ketika aku
putus dengannya.
Hmm,
aku sudah mempertingatkan diriku untuk tidak beli buku ini.
Salah
satu quotes yang menarik “seseorang tidak pernah benar-benar pergi selama kita
masih menyimpannya dalam hati.” Mungkin ini mewakili perasaanku.
Pada
akhir buku ini, seseorang yang pernah jadi poros alam semestanya menikah dengan
orang lain. Hehe, perasaan ini yang belum aku alami. Aku juga sedang
membayangkan bagaimana rasanya. Waktu dulu putus saja aku hancur apalagi harus
merasakan orang yang dulu pernah jadi poros semestaku menikah dengan orang yang
bukan aku. Tapi itu belum terjadi. Santai sajalah tak usah terlalu difikirkan.
Dulupun waktu aku hancur pasca putus aku fikir hidupku akan begitu selamanya.
Tapi tidak setelah aku bergerak, aku menemukan banyak hal yang mendekatkanku
pada mimpi masa mudaku.
Bagaimanapun,
terkadang seseorang itu cukup tetap tinggal dalam hati saja, tidak dalam hidup
kita. Toh kita dapat pelajaran darinya, disamping dapat rasa sakit yang teramat
sangat. Hehehe.
Eh
sebenernya dulu pacarku (mantan) ga suka kalo aku suka Fiersa Besari. Pernah
aku minta temenin nonton konser launching album Tempat Aku Pulang tapi dia diem
aja di pojokan. Taunya dia ngetwit malah di bales sama Fiersa. Lah kan aku nya
kesyel.
Aku
jadi ingat saat aku dan kau harus jadi dua orang asing padahal dulu begitu
sangat dekat. Ingat bagaimana telingaku terbiasa kau panggil “yang” lalu
kemudian terasa asing saat kau panggil “lis”. Namun seiring waktu semua itu
jadi terbiasa juga saat kau masih mau menemani aku makan sambil ngobrol banyak
hal atau lebih tepatnya banyak saling diam (ngobrol itu hasil berfikir keras
soal topik apa yang harus dibahas).
Sudahlah,
kisah sehebat Dilan Milea pun tidak bersatu, Habibie dan Ilona pun begitu,
bahkan Soekarno dan Inggit tidak selamanya berdampingan karna sesuatu yang
bertentangan dengan pemikiran. Kau dan aku pun sama.
Makasih
ih, buat Fiersa dan juga Kau. Tetap senyum walau sedang mendung. Lelaki di
bulan Agustus.
Komentar
Posting Komentar